Sabtu, 16 Juni 2018

SALING MEMAAFKAN DAN INTROPEKSI DIRI



Indah dan mulianya Memaafkan

Bismillahirrohmaani rrohiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Al-Qur,an mengajarkan pada seluruh umat manusia, untuk dan saling memaafkan, memang tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain, akan tetapi sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang diajarkan oleh Al-Qur’an dalam Surat Al-A'raf (7) ayat 199, yang artinya :

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”

Allah SWT mengampuni bagi orang orang yang memaafkan kesalahan orang lain, sesuai firman Alloh, dalam Al-Qur’an surat An-Nuur (24 ayat 22 yang artinya :

”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. At-Taghaabun (64) : 14.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali ‘Imraan (3):134

Sifat memaafkan adalah salah satu sikap yang paling mulia, walau hanya terdiri dari empat huruf “Maaf ”, akan tetapi dampaknya sungguh sangat luar biasa,

Menurut Harun Yahya Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung.

Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Dan menurut penelitian, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga, orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah.

Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala - gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [ tekanan jiwa ], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang yang telah diteliti ini.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an, meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka.

Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu, dan di lain pihak, sikap memaafkan bagi orang-orang yang beriman adalah tulus, karena orang orang beriman tahu dan sadar bahwa ini semua adalah ujian bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan sehari hari.

Belajar dari kesalahan, maka orang yang ber iman dapat berlapang dada dan bersifat pengasih, serta lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain yang salah.

Dan orang orang yang berimanpun mampu ketika dan dalam memaafkan, tidak membedakan antara kesalahan besar maupun kesalahan kecil, serta tidak membedakan siapa yang dimaafkan, walau orang tersebut prilakunya, dan ucapan serta kata katanya sangat menyakitinya baik itu disengaja maupun tanpa sengaja.

Dan orang-orang beriman tahu dan sadar betul bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir manusia, maka dari itu orang orang beriman hanya berserah diri kepada Allah dengan peristiwa yang dihadapinya, dan tetap bertahan untuk tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Karena Orang orang yang beriman tahu dan sadar betul bahwa memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, serta sebuah sikap yang mulia yang seharusnya diamalkan dan dilakukan oleh setiap anak manusia .

Dalam bukunya, Forgive for Good [ Maafkanlah demi Kebaikan ], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia, memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, sangat membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin.

Namun, tujuan sebenarnya dari sikap memaafkan, haruslah untuk mendapatkan ridha Allah, kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti memaafkan ini, terbukti manfaatnya telah dapat dibuktikan secara ilmiah.

Mulai saat inilah tidak ada kata terlambat bagi kita untuk selalu introspeksi diri, sejauh mana dada dan hati kita memaafkan kesalahan orang lain atau meminta maaf atas segala kesalahan kita.

Hindari sikap egoisme dalam diri yang membuat setiap manusia lupa akan hakikat jati dirinya, karena manusia yang besar adalah manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak mudah marah, lapang dada dan lapang hatinya serta selalu mementingkan kemaslahatan ummah.

WASSALAMU'ALAIKUM warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar