Seringkali
yang ada di pikiran kita tentang cara mencintai adalah dengan
memanjakan, menyayangi, memuji, menyenangkan, dan lain-lain yang
sejenis.Sedangkan cara membenci adalah dengan
menyusahkan,mencaci,membuat menderita, menjauhi, menekan,menyingkirkan
dan lain-lain yang juga sejenis. Karena dua cara yang sangat
berkontradiksi inilah, cinta itu dipuja-puja dan benci dicaci-maki.
Cinta dianggap yang terpenting,terbaik,dll lah.Sedangkan, benci,seperti
halnya orang membenci, mencaci dan menjauhi,juga menekan.
Tetapi,
bukankah benci pun adalah bagian dari diri manusia?Bukankah dalam
kehidupannya, manusia wajar jika pernah membenci?Bukankah, bagi
orang-orang yang mengagungkan cinta, kebanyakan mereka juga menyimpan
kebencian dalam hatinya?Mereka pun membenci yang namanya kebencian?
Cinta Gak Harus “Menyenangkan”
Cinta,
mungkin berawal dari rasa peduli, rasa kagum,dll.Sedangkan, benci
mungkin berawal dari rasa kecewa, rasa tidak suka,dll.Tapi, benci pun
bisa berubah jadi cinta, begitu pula sebaliknya,.Keduanya tidak saling
berkontradiksi walaupun berawal dari hal yang berbeda.Pun cinta tidak
selamanya “berbentuk” sesuatu yang menyenangkan. Begitu pula dengan
benci, tidak harus dan tidak selalu harus “berbentuk” penekanan.
Dengan
berusaha keras sendiri, ia mengerti bahwa dengan berusaha keras ia bisa
mencapai tujuannya, dan bahwa hidup pun juga harus berusaha, tidak
hanya menerima. Dalam prosesnya, sebenarnya orang tua juga merasa sakit
saat melihat anaknya kesusahan. Sama seperti kita saat menyakiti orang
yang disayangi, tapi memang itulah yang harus dilakukan, bukan untuk
memuaskan emosi kita, tetapi agar anak tersebut belajar. Tentu saja, hal
itu juga gak boleh dilakukan kelewat batas oleh orang tua.
Dan,
jika ada seorang sahabat, yang sedang mengevaluasi diri kita, mungkin
pada saa itu, kita merasa tidak senang, dipojokkan, dll. Namun, ia
sendiri pun tidak melakukannya dengan senang, atau dengan tujuan
memojokkan kita. Ia sendiri pun, merasa tidak enak hati, mungkin juga
merasa bersalah dan juga merasa "sakit" sama seperti kita yang
dievaluasi. Ia tahu, bahwa yang dilakukannya itu akan membuat kita jadi
tidak nyaman, pun ia mengerti resikonya jika kita jadi marah padanya.
Tetapi, walaupun tahu resikonya dan juga merasa tidak enak hati, ia
tetap melakukannya. Karena ia selalu mengharap yang terbaik bagi diri
kita, karena ia mencintai kita.
Bukankah
sudah jelas, cara mencinta tidak melulu memanjakan dan menyenangkan?
Dengan cara lain pun, bukan berarti juga seseorang itu gak mencintai
kita.
Benci Pun Tidak Harus Menyengsarakan
Biasanya
kita mengungkapkan kebencian kita terhadap seseorang dengan menjauhi,
mencemooh, menindas, membalas dendam, ataupun dipendam dalam hati
(nggrundel mburi). Tetapi, pernahkah kita memikirkan, apakah hal
tersebut dapat mengubah sesuatu menjadi lebih baik?Apakah kebencian kita
berkurang?
Jawabannya
tidak,bukan? Semua itu sama sekali tidak mengubah keadaan menjadi lebih
baik, tidak juga mengurangi kebencian kita.Yang terjadi malah kita
menumbuhkan kebencian kita, memperbanyak permasalahan yan terjadi
(karena seringkali jadi merembet kemana-mana masalahnya), dan menjadi
semakin masalah berkepanjangan.
Apakah
itu yang kita inginkan?Berlarut-larut dalam kebencian dan
masalah.Apakah tidak ada cara yang lebih baik untuk "mengungkapkan"
kebencian kita?Bukankah lebih baik jika kita memahami penyebab kebencian
kita dan mencoba untuk membuat segalanya lebih baik?Bukan untuk
mencurahkan amarah dan kebencian kita, tetapi mengurangi rasa benci dan
amarah kita. Bukan untuk berlarut-larut dalam kebencian dan masalah,
tetapi untuk segera menyelesaikannyal. Mengubah kebencian terhadap yang
lain menjadi empati terhadap yang lain.
Mungkin
seseorang memiliki hal yang benar-benar yang kita itu gak suka, bikin
illfeel, bikin sebel. Tetapi, pasti ada yang menyebabkan hal itu. Yang
menyebabkan kita tidak suka, dan yang menyebabkan dia memiliki hal yang
kita tidak sukai itu. Bisa jadi, dia yang bermasalah, bisa jadi juga
justru kita yang bermasalah.
Dengan
kita mencoba membicarakan hal apa yang kita tidak sukai pada dirinya,
kita bisa memahami apa yang membuatnya seperti itu. Kita pun bisa
berbagi pikiran, dan mengetahui apakah sudut pandang kita yang butuh
untuk diperbaiki, dirinya, ataukah keduanya. Dengan begitu, kita bisa
saling belajar dan menjadi lebih baik. Mengubah benci, menjadi rasa
cinta. Masalah selesai, dan kita bisa sama-sama bahagia.
Walaupun,
gak bisa dipungkiri juga, ada orang yang memang sudah "parah", dan sama
sekali tidak mau mendengarkan orang lain, ataupun memperhatikan
sekitarnya, dan mungkin, di saat itu butuh langkah yang memang
benar-benar "tegas". Tetapi, selama masih ada potensi untuknya menjadi
lebih baik, kenapa nggak?Iya kan?
Jadi,Qrasa
kita butuh untuk mengubah paradigma kita tentang cara mencurahkan dan
mengungkapkan kebencian. Bukan pada objeknya, tapi pada penyebabnya.
Bukan dengan tujuan untuk merusak, tetapi dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
Pasti
deh, susah melakukannya. Aq juga sama, aq belum bisa melakukannya.
Tapi, dengan memiliki dasar pemikiran ini, dan berbagi melalui blog ini,
harapanQ kita bisa saling berbagi dan belajar tentang caranya. Dan,
saling mengingatkan satu sama lain.
Cinta dan Benci Merupakan Bagian dari Proses Kehidupan
Baik
benci, cinta maupun perasaan-perasaan kita yang lainnya, entah itu
bersifat positif maupun negatif, merupakan hal yang sangat wajar mengisi
kehidupan kita. Dari hal-hal tersebut kita akan belajar, belajar
tentang hal-hal manakah yang akan menuju pada kerusakan; belajar
menerima kenyataan dan hidup di dalamnya ; belajar bagaimanakah agar
kita bisa menjadi lebih baik,lebih baik bagi diri kita, orang lain, alam
dan Tuhan.
Tuhan
pun tidak akan menciptakan sesuatu dengan tujuan "merusak" ciptaanNya.
Tidak pula agar ciptaanNya malah saling merusak.Pasti ada cara untuk
mengubahnya menjadi lebih baik. Itu tugas kita untuk menemukannya.
Karena tugas kita pula yang menjadikan dunia ini dunia yang lebih baik
untuk ditinggali, sebagai "Khalifah Fil Ard", "Pemimpin di muka bumi".
Kita
tidak perlu menghilangkan sifat-sifat negatif dari diri kita untuk
menjadi orang baik. Kita hanya perlu mengubahnya menjadi sesuatu yang
lebih baik. Dengan menghindar dan menghilangkannya, mungkin kita pun
juga akan "kehilangan" bagian diri kita. Tetapi dengan mengubahnya, kita
dapat mengisi diri dan mengatur diri kita untuk hal-hal yang lebih
baik.
"Be a Good Man Make Us being a Human, Be a Perfect Man Not Make Us Being a Human"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar