Selasa, 09 Agustus 2011

syiar


Pada Zaman Khalifah Umar Bin Khattab RA, ada seorang pemuda yang berencana untuk melakukan perjalanan jauh. Dia mempersiapkan segala perbekalannya, termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar. Dia berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu kemudian duduk di bawah pohon. Karena terlalu lelah, akhirnya ia tertidur lelap. Saat ia tidur, tali untanya lepas, sehingga unta itu pergi ke sana ke mari. Akhirnya, unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. Unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Unta itu juga merusak segala yang dilewatinya. Penjaga kebun adalah seorang kakek tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu, namun ia tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, sang kakek pun membunuhnya. Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, ia menemukan unta itu telah tergeletak mati dengan leher menganga di dalam kebun.
Pada saat itu, seorang kakek datang. Pemuda itu bertanya, “Siapa yang membunuh unta miliku ini?” sang Kakek lalu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena kuatir akan merusak seluruh isi kebun, maka sang kakek terpaksa membunuhnya. Mendengar hal itu, sang pemuda tak kuasa menahan amarahnya. Saking emosinya, Serta-merta ia memukul kakek penjaga kebun itu. Naasnya, kakek itu meninggal seketika. Pemuda itu amat menyesal atas apa yang diperbuatnya. Pada saat yang bersamaan, datanglah dua orang pemuda yang merupakan anak dari sang kakek tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak tidak bernyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya. Kemudian, keduanya membawa sang pemuda menghadap Amirul Mukminin; Khalifah Umar bin Khattab RA.
Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash (hukum bunuh) kepada pemuda yang telah membunuh ayah mereka. Lalu, Umar bertanya kepada sang pemuda. Pemuda itu mengakui perbuatannya. Ia benar-benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya.
Umar lalu berkata, “Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah terhadapmu,” sang pemuda dengan lapang dada menerima keputusan tersebut. Ia kemudian meminta kepada Khalifah Umar, agar diberi waktu dua hari untuk pulang ke kampungnya, sehingga dia bisa berpamitan kepada keluarga serta bisa membayar hutang-hutangnya. Umar kemudian  berkata, “Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali lagi kesini. Jika kau tidak kembali, orang itu yang akan diqishash sebagai ganti dirimu.”Pemuda itupun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, Aku orang asing di negeri ini, aku tidak bisa mendatangkan seorang penjamin.”

Salah seorang sahabat mulia, ABU DZAR AL-GHIFARI RA (yang ketika itu usianya terkatagori masih muda) secara kebetulan hadir di majlis tersebut. Beliau kemudian berkata, “Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda ni tidak datang lagi setelah dua hari.” Dengan terkejut, Umar berkata, “Apakah kau yang menjadi penjaminnya, wahai Abu Dzar, sahabat Rasulullah?,”“Benar, ya Amirul Mukminin,” jawab Abu Dzar lantang.
Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qishah, orang-orang penasaran menantikan datangnya pemuda itu. SANGAT MENGEJUTKAN! Dari jauh sekonyong-konyong mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya. Sampai akhirnya, dia tiba di tempat pelaksanaan hukuman. Orang-orang memandangnya dengan takjub. Umar bertanya kepada pemuda itu, “Mengapa kau kembali lagi ke sini Anak Muda, padahal kau bisa menyelamatkan diri dari maut?” Pemuda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang ke sini agar jangan sampai orang-orang berkata, ‘tidak ada lagi pemuda yang menepati janji di kalangan umat Ini’. Dan agar orang-orang tidak mengatakan, ‘tidak ada lagi Pemuda sejati nan kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat ini”
Lalu, Umar melangkah ke arah Abu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, “Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan pemuda ini?” Abu Dzar menjawab, “Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi Pemuda jantan yang bersedia berkorban untuk saudaranya seiman dalam umat ini.”
Mendengar itu semua, dua orang pemuda anak kakek yang terbunuh pun ikut berkata, “Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi di hadapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak meminta apa pun darinya! Tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi pemuda yang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat ini.

Anak-Anak Adalah Hiasan Sekaligus Ujian di Dunia

 

Anak-Anak Adalah Hiasan Sekaligus Ujian di Dunia

Anak-anak merupakan anugerah Allah kepada manusia. Kehadiran mereka dapat menjadi pendamai hati dan pelipur lara. Mereka ibarat bunga dalam kehidupan dunia.
Allah berfirman,” Dihiasi dalam diri manusia rasa kecintaan yang besar terhadap wanita, anak-anak, harta benda yang banyak berupa emas dan perak, kuda terlatih, binatang ternak dan tanah ladang. Itulah perhiasan dalam kehidupan dunia. dan Allah adalah sebaik-baik tempat kembali.”(QS. Ali Imron : 14)

Allah juga berfirman,” Harta dan anak-anak itu adalah hiasan kehidupan dunia, sedangkan Al-Ba1iyat Ash-shalihat ( segala amalan baik yang akan terabadikan) adalah lebih baik disisi Allah dari segi pahalanya dan lebih baik dari segi harapannya.”( QS. Al-Kahfi : 46)

Disisi lain, anak juga merupakan fitnah bahkan bisa menjadi musuh bagi orang tua. Jika tidak hati-hati dan baik dalam mendidik mereka bisa menyebabkan penyesalan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu Allah swt mengingatkan , ” Ketahuilah bahwa harta dan anak-anak kamu itu merupakan ujian, dan bahwa di sisi Allah terdapat pahala yang besar ,”( QS. Al-Anfal : 28)

Dalam Surat At-taghabun ayat 28, Allah juga berfirman,” Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ada di antara istri-istri dan anak-anakmu adalah musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka ! dan jika kamu memaafkan, berlapang dada dan mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun.”

Solusi Menanggulangi Ujian dari anak
Rasulullah saw. Telah memberi solusi untuk menanggulangi fitnah anak. beliau bersabda,” Fitnah (ujian bagi) seseorang itu terdapat pada istri, harta, anak, dirinya dan tetangganya. itu dapat ditanggulangi dengan berpuasa, shalat, shadaqah, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah yang munkar).” (HR.Bukhari, Muslim, dan Turmudzi dari Hudzaifah)

Dengan melihat dalil dari Al Quran dan Hadits di atas, maka hendaklah kita memperhatikan pendidikan anak dengan baik. Jangan sampai ana-anak kita nanti menjadi “musuh” dan merepotkan orang tua. Fenomena anak menjadi musuh orang tua sudah terjadi di sekitar kita. Berapa banyak berita yang kita dapatkan, seorang anak yang tega menyakiti bahkan membunuh orang tuanya sendiri.
Semoga anak dan cucu kita akan menjadi perhiasan yang menyenangkan kita, di dunia dan akhirat. amin

TOMBO ATI


1. Wajib bagi setiap muslim untuk senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur dan mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan di alam kubur dengan cara memperbanyak amal sholih sebelum ia memasukinya . Karena yang demikian itu akan lebih mudah baginya selama ia masih hidup. Apabila seseorang telah memasuki alam kubur ia pasti akan sangat berharap agar ia dapat menambah amal sholih walaupun hanya sedikit. akan tetapi ia tidak akan mungkin dapat melakukannya pada saat itu. yang ada hanyalah penyesalan yang tiada bertepi.( dari al- Fakih Abu Al-Laits )

2. Tinggalkanlah pandangan-pandangan mata yang tidak bermanfaat niscaya Allah akan memberikan kekhusyu’an ke dalam hatimu. Dan tinggalkanlah perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat, niscaya Allah akan memberikan mutiara hikmah kepada Anda ( Ibnu Mubarak )
3. Orang yang sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya dan lemah lembut kepada keluarganya. (HR. tirmidzi)
Demikian kalimat mutiara islami yang saya dapatkan dari al-habib.info. tunggu kalimat mutiara islami terbaru.
4. Tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah ia mendahulukan perkara-perkara yang dicintai Allah atas perkara-perkara yang dicintai hawa nafsunya. Walaupun perkara yang dicintai Allah itu tidak disukai hawa nafsunya.
Ia membenci perkara-perkara yang yang dibenci Allah, walaupun hawa nafsunya senang kepadanya.
Ia mencintai orang-orang yang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci orang-orang yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. dan Ia berusaha untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
( Hafidz Hakami mengomentari firman Allah surat Al-Baqarah : 165)
5. Apabila Allah menginginkan kebaikan dalam diri seseorang, maka akan
dibukakan baginya pintu amal dan ditutup baginya pintu perdebata. sebaliknya jika Allah menginginkan keburukan seseorang, maka dibukakan baginya pintu perdebatan dan ditutup pintu amal. ( sebagian ahli hikmah)
Semoga bermanfaat

PENYEJUK HATI

  •  
  • Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan kamu zuhud atau tidak cinta kepada dunia.(Rasulullah)
  • Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah semuanya pada Allah, lalu penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintahNya, dan larikanlah dirimu dari laranganNya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu, setelah itu keluar, untuk membuang  nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bgaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga.(Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)
  • Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya adalah lebih baik bagi kalian, daripada berteman dengan orang alim tapi selalu suka terhadap hawa nafsunya.(Ibnu Attailllah as Sakandari)
  • Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan pula adalah sebuah akhlaq ular, dan kalau kebajikan dibalas dengan kejahatan itulah akhlaq buaya, lalu bila kebajikan dibalas dengan kebajkan adalah akhlaq anjing, tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebajikan itulah akhlaq manusia.(Nasirin)
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. (Ibnu Mas’ud)

  • Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)
  • Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.(Umar bin Khattab)
  • Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)
  • Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Umar bin Kattab)
  • Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.(Bediuzzaman Said Nursi)

  • Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.(Bediuzzaman Said Nursi)
  • Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.(Bediuzzaman Said Nursi)
  • Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.(Bediuzzaman Said Nur)
  • Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.(Ali bin Husein)
  • Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.(Bediuzzaman Said Nur)
  • Pangkal dai semua kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah.(Abu Sualeman Addarani)

  • Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaan pun disisi Allah.(Adh-Dhahhak)